DETEKSI MALUT NEWS – Di tengah sorotan terhadap praktik nepotisme dan bagi-bagi proyek di lingkungan pejabat, sebuah pemandangan langka muncul di Halmahera Tengah. Dita Nuhzulia Rahmadani, putri Bupati Ikram Malan Sangadji, menolak memanfaatkan kekuasaan sang ayah untuk mendapat keuntungan instan. Ia lebih memilih bekerja sebagai staf di PT Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP), salah satu raksasa industri nikel dan batu bara di daerahnya.
Peristiwa ini mencuat setelah sang bupati, dalam perjalanan pulang dari safari Ramadhan di wilayah Patani, tak sengaja berpapasan dengan putrinya yang tengah pulang dari kerja. Momen itu menjadi bukti nyata bahwa Dita bukan bagian dari fenomena “Papa minta proyek” yang kerap mencoreng wajah pemerintahan daerah.
Sebagai pemimpin daerah yang menjadi pusat industri tambang, Ikram memiliki akses besar terhadap Dana Bagi Hasil (DBH) dan program Corporate Social Responsibility (CSR) yang bernilai fantastis. Namun, alih-alih memanfaatkan koneksi dan kekuasaan, Dita memilih jalan terjal, bekerja dari bawah tanpa membawa nama besar ayahnya.
“Saya bangga, dia lebih memilih bekerja daripada meminta proyek,” ujar Ikram tegas. Sikap ini tak hanya menjadi angin segar di tengah budaya nepotisme, tapi juga menjadi tamparan keras bagi para pejabat yang gemar memanjakan anak-anak mereka dengan fasilitas instan.
Langkah Dita memberi pesan kuat: integritas dan kerja keras harus menjadi pijakan utama generasi muda, bukan sekadar warisan kuasa dan kemudahan akses. Apakah ini awal dari perubahan mentalitas di kalangan pejabat daerah? Ataukah hanya sekadar anomali di tengah budaya lama yang sulit diubah? Waktu yang akan menjawab. (Tim/Odhe)
Komentar