DETEKSI MALUT NEWS – Indonesia bukan sekadar negeri kaya, tapi surga sumber daya alam. Dari emas, nikel, batu bara, hingga intan permata—melimpah ruah! Tapi pertanyaannya: siapa yang menikmati? Rakyat hanya bisa menatap, sementara segelintir elit dan korporasi mengeruk habis-habisan.
Rakyat bekerja bagai budak di tanah sendiri. Keringat bercucuran, tenaga terkuras, dari pagi hingga malam, berdiri sampai nungging! Tapi hasilnya? Kemiskinan tetap mencengkeram. Sementara mereka yang duduk nyaman di kursi empuk makin menimbun kekayaan.
Di media sosial, lirik-lirik protes semakin nyaring. Bukan sekadar lagu, tapi teriakan frustrasi. Negeri yang katanya makmur justru berubah jadi jebakan bagi rakyatnya sendiri. Mau kaya cepat? Budidayalah kalajengking! Sebuah satire yang menampar, menunjukkan betapa absurdnya realitas ekonomi kita.
Ini bukan lagi sekadar ironi, tapi pengkhianatan terhadap bangsa! Sumber daya kita dikeruk habis, diekspor keluar negeri, tapi rakyat tetap melarat! Sampai kapan kita jadi penonton di rumah sendiri? Sampai kapan kita membiarkan negeri ini dijarah?
Jika ketidakadilan ini terus dibiarkan, rakyat tidak akan diam. Suara-suara perlawanan akan semakin keras. Dan ketika lagu-lagu protes berubah menjadi revolusi, barulah para penguasa sadar: bahwa sesungguhnya negeri ini bukan milik mereka saja, tapi milik seluruh rakyat yang berhak atas kesejahteraan! (****)
Komentar