Penulis : Kojer B
Editor : Odhe
Demokrasi di negeri ini kian kehilangan ruhnya. Alih-alih menjadi sistem yang menjamin keadilan dan kesejahteraan rakyat, ia justru menjadi pabrik pencetak tikus-tikus berdasi—politisi rakus, pejabat korup, dan elite tamak yang menjadikan jabatan sebagai ladang bisnis. Demokrasi, yang seharusnya membawa suara rakyat, kini dikooptasi oleh segelintir oligarki yang menjadikan kekuasaan sebagai alat menghisap keringat rakyat.
Setiap pemilu, jargon kesejahteraan rakyat dikibarkan. Janji perubahan diumbar. Namun, begitu duduk di kursi kekuasaan, mereka sibuk memperkaya diri, membangun dinasti politik, dan memperjualbelikan kebijakan. UU dipermainkan, proyek dijadikan bancakan, dan uang rakyat dikuras atas nama pembangunan yang hanya menguntungkan segelintir orang.
Celakanya, demokrasi yang seharusnya melahirkan pemimpin berintegritas malah melanggengkan korupsi yang sistemik. Partai politik bukan lagi wadah kaderisasi pemimpin visioner, melainkan korporasi politik yang menjual tiket kekuasaan bagi mereka yang mampu membayar mahal. Akibatnya, rakyat hanya menjadi objek eksploitasi, suaranya dibeli saat pemilu, lalu dilupakan begitu kotak suara tertutup.
Inilah wajah demokrasi yang kita hadapi hari ini—demokrasi yang melahirkan tikus berdasi. Jika ini dibiarkan, maka negara akan terus dikuasai oleh mafia politik, sementara rakyat tetap terjebak dalam lingkaran penderitaan tanpa ujung. Saatnya rakyat sadar, saatnya kita menagih kembali makna sejati demokrasi: kekuasaan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat—bukan untuk para tikus rakus yang bersarang di gedung-gedung megah. ****
Komentar